Penggemar yang 'Berguru' soal Kehidupan pada Westlife
Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak hal bisa menjadi sebab seseorang menyukai artis atau penyanyi. Salah satunya, dengan mendengar salah satu lagu di antara ragam kesempatan dan waktu. Hal itu dirasakan Lia Levina terhadap boyband asal Irlandia, Westlife.Dijumpai oleh CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu, Lia menceritakan bahwa sekitar 20 tahun lalu, ketika masih duduk di kelas 2 SD, ia kerap mendengar lagu Westlife, If I Let You Go di mana-mana di Bali.
"Padahal waktu itu juga ada NSync dan Backstreet Boys, tapi di Bali waktu itu yang diputar Westlife terus," tutur Lia.
Orang tua disebut turut berperan dalam pilihan Lia mengidolakan Westlife. Sang ayah saat itu membelikan dia VCD konser Westlife, yang diputar berulang kali bersama sang kakak.
Kecintaan Lia terhadap Westlife menguat ketika lagu Uptown Girl populer pada tahun 2000. Saat itu, ia sampai menulis ulang lirik lagu tersebut agar bisa ikut menyanyikannya."Sebenarnya itu juga sekalian belajar Bahasa Inggris. Jadi, sampai sekarang kalau ngomongin Westlife, mereka itu salah satu yang bikin gue pengen belajar Bahasa Inggris," cerita Lia.
Beranjak remaja, jiwa fangirl Lia semakin menyala. Ia mulai mengoleksi kaset serta VCD Westlife dengan menyisihkan uang jajan. Belum masifnya jaringan internet saat itu tak membuat dirinya urung menjadi penggemar.
Ia memilih membaca majalah-majalah demi mengetahui perkembangan kehidupan idolanya itu. Setiap artikel mengenai Westlife ia kumpulkan dan dibuat jadi kliping.
Lia merasa kegemarannya kepada Westlife selama bertahun-tahun tak sia-sia setelah melihat langsung sang idola dalam konser Gravity Tour Westlife di Jakarta pada 2011. Sang ayah turut mengantarkannya hingga depan gerbang lokasi. Ia berbahagia bisa bernyanyi bersama dalam konser.
Namun momen indah itu tak bertahan lama. Dua minggu setelah konser di Jakarta, Westlife menyatakan bakal bubar. Lia yang saat itu hendak ke kampus merasa hidupnya kosong seketika.
Sebagian dari koleksi Westlife yang dimiliki oleh Lia Levina. (dok.pribadi)
|
Lia menulis kaligrafi dengan menggunakan lirik lagu Westlife. (dok. pribadi)
|
Setelah mengumumkan akan berpisah, Westlife menggelar tur perpisahan. Saat itu, Indonesia tidak masuk daftar negara yang dikunjungi. Lia akhirnya hanya bisa membeli DVD konser tersebut.
Saat itulah, air mata Lia menetes tanpa sadar. Ia baru tersadar, idolanya tak akan bersama lagi. Lia patah hati.
Setelah belasan tahun menjadi fan, ia mengaku merasakan sedikit perubahan. Menurutnya, lagu-lagu dalam beberapa album terakhir dirasa sulit menempel di ingatan. Namun ia tetap membeli album tersebut atas nama penggemar.
"Lagu-lagu terbarunya memang enggak kayak If I Let You Go, My Love yang langsung nempel gitu. Tapi tetep gue beli album Gravity-nya padahal banyak orang yang enggak beli," ucap Lia.
Menurutnya banyak hal baru yang ia dapatkan setelah menjadi penggemar Westlife. Mulai dari kemampuan berbahasa Inggris hingga kenalan baru. Berawal dari komentar di MySpace, ia mendapatkan seorang teman asal Bahrain, Teluk Persia."Beberapa bulan lalu dia masih sempat ngevideoin lagu Westlife yang diputar di pusat perbelanjaan di Amerika. Entah udah berapa belas tahun dan masih berhubungan baik sampai sekarang," kata Lia seraya tersenyum.
Pingsan di Konser Westlife
Ardita, seorang pegawai karyawan swasta, mengungkapkan ia menyukai Westlife awalnya karena iri hati. Katanya, ia iri melihat kakak-kakaknya yang terlebih dahulu mengidolakan NSync dan New Kids On The Block.
Berbekal sejumlah majalah remaja seperti GADIS, Kawanku dan Aneka saat itu, ia pun mengambil langkah menyukai Westlife. Lagu My Girl membawa perasaannya lebih dalam kepada Westlife.
Ardita juga mengaku iri terhadap teman-temannya yang sibuk 'menyombongkan' album Westlife yang telah dimiliki. Hal itu membuatnya berulang kali merengek kepada orang tua agar dibelikan album.
Hingga pada suatu petang, sang ibu mengajaknya ke kantor ayah untuk makan malam bersama. Tiba di lokasi, ayah Ardita justru menggandengnya ke tempat lain, yakni toko Disc Tarra.
Menyaksikan konser Westlife secara langsung bak mimpi yang terwujud untuk Ardita. (CARL DE SOUZA / POOL / AFP)
|
Sejak debut, Westlife memang terbilang sering mengunjungi Indonesia. Ardita berkesempatan melihat idolanya dari dekat secara langsung ketika Where Dreams Come True Tour digelar pada 2001.
Sepulang dari Disc Tarra, ia bergegas menghubungi kedua temannya yang juga akan menonton konser. Ketiganya langsung bersemangat membuat poster bersama dari buku gambar. Poster Ardita khusus dibuat untuk Shane Filan, personel Westlife idolanya.
Kisah mulai memanas saat konser. Ardita dan kedua temannya menonton di festival bagian paling depan. Terik matahari yang menyorot Stadion Sumantri Brojonegoro tak membuatnya berhenti melompat dan ikut bernyanyi bersama Westlife sambil mengangkat poster.
Kesenangan itu tak berumur panjang.
"Gue pingsan dong. Gue pingsan. Sedih banget. Tapi gue ingat banget sebelum pingsan Shane nunjuk-nunjuk poster gue. Terus gue enggak inget apa-apa lagi," kenang Ardita.
Ardita mengingat, sebelum jatuh pingsan, Shane Filan sang idola sempat menunjuk poster yang dibuatnya. (CNN Indonesia/Resty Armenia)
|
"Tapi tetap dong, kalau karaoke yang lagunya selalu gue nyanyiin dan hafal itu Westlife," tuturnya sambil tertawa.
Dari Westlife pula, Ardita mengenal dunia fangirl yang rela mengeluarkan uang demi membeli album, poster, majalah, hingga tiket konser demi melihat idola. Dunia di mana penggemar rela mengantre dari pagi jelang konser tanpa mengeluh, demi mendapatkan posisi terbaik.
"Jadi sekarang kalau liat penggemar Korea yang begitu (fangirl) gue enggak kata-katain, karena gue pernah begitu juga ke Westlife," ujar Ardita.
[Gambas:Video CNN] (chri/rea)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Penggemar yang 'Berguru' soal Kehidupan pada Westlife"
Post a Comment